Madu Hutan Amfoang - Dari Hutan Kupang NTT untuk Kita

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki area hutan paling luas. Lokasi hutan di Indonesia tersebar pada puluhan ribu pulau di nusantara, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan di banyak pulau-pulau kecil. Salah satu hutan di Indonesia yang merupakan penghasil madu terbaik adalah hutan yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tepatnya adalah Hutan tropis di Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Hutan Amfoang menyimpan segudang potensi alam. Di antaranya, pusat sarang lebah terbesar di Pulau Timor. Sekitar 70 persen warga Amfoang menggantungkan kehidupan pada hasil madu.


Upaya memperoleh madu bukanlah perkara gampang. Sejumlah syarat dan ketentuan adat mesti dipatuhi para pemburu madu. Tradisi ini sudah dijalankan secara turun-temurun dan tetap dipertahankan. Menurut adat, seorang pemburu mesti menginap di hutan dan rela berpisah dengan istri selama sebulan. Sebelumnya, mereka harus berjalan kaki sekitar belasan kilometer menelusuri kawasan hutan. Sepanjang jalan mereka harus menjaga sikap untuk tetap sopan.

Warga percaya bahwa lebah adalah permaisuri dan pohon merupakan raja yang mesti dihormati. Karena itu, sebelum memanjat pohon dan mengambil sarang madu, sebuah upacara adat dilakukan berupa pembangunan istana baru sebagai pengganti sarang yang akan diambil madunya. Petani madu terlebih dahulu mengikat beraneka rerumputan menyerupai batang kayu yang disulut dengan api hingga keluar asap. Dengan tutur bahasa daerah, mereka membaca doa. Pemimpin adat yang disebut Meluh lantas berkomunikasi dengan para lebah. Usai berdoa, lebah diusir dengan asap sambil menyanyikan pujian. Satu persatu sarang dipotong dengan parang. Lalu, sarang diturunkan dari pohon dengan menggunakan tali. Setiap pohon yang akan dinaiki harus diberi tanda berupa tempelan dedaunan atau baju bekas. Dengan semua syarat itu, warga percaya, mereka akan selalu mendapat hasil panen baik.

 
 
Untuk menghasilkan seliter madu asli dibutuhkan lima lempeng sarang berukuran 60 sentimeter kali 30 sentimeter. Memerasnya dilakukan dengan tangan kosong. Proses pengumpulan dan pemerasan madu dilakukan secara alami. Hal ini menjadi salah satu sebab tingginya kualitas Madu Hutan Timor Amfoang.Setelah dilakukan pemerasan, selanjutnya madu hutan timor amfoang dikemas ke dalam botol kaca agar kualitas madu tetap terjaga. Lembaga kesehatan dunia juga telah merekomendasikan penggunaan botol kaca sebagai tempat penyimpanan madu.


Setelah melalui berbagai proses alami di Hutan Amfoang, mulai dari pembentukan sarang oleh lebah liar, pengumpulan sarang oleh para pemburu madu, pemerasan sarang, sampai dengan tahap terakhir yaitu pengemasan madu di botol kaca, akhirnya Madu Hutan Timor Amfoang siap didistribusikan ke seluruh pelosok Nusantara.